Ibnu Sina dan Kemajuan Peradaban Islam Melalui Film "The Physician"





Ibnu Sina (paling kanan, diperankan Ben Kingsley) sedang mengajarkan ilmu kedokteran kepada murid-muridnya yang beragama Islam dan Yahudi. (foto: Plymouth Daily)




Jarang ada film-film yang dibuat oleh masyarakat di dunia Barat yang mengisahkan sejarah Islam dengan berimbang. Setidaknya, menurut pendapat saya, film-film yang pernah saya tonton dan menceritakan tentang kejayaan Islam dengan cara yang adil (sesuai fakta), antara lain Kingdom of Heaven (2005), dan The Message(1976).

Lihat dan tonoton Bekam Hijamah Tuban Official :  Hubungi 0811163855. 



 Komikers boleh menambahkan loh ya kalau ada film-film lainnya yang menggambarkan tentang Islam secara berimbang dan dibuat oleh Hollywood.




Film Hollywood yang Mengisahkan Sejarah Islam
Sekadar merekap, Kingdom of Heaven (2005) menceritakan tentang Perang Salib pada masa Salahuddin Al-Ayubi, atau masyarakat Barat menyebutnya Saladin atau Salahaddin. 

Dalam film tersebut, diceritakan bahwa Salahuddin menggagalkan peperangan dengan massa yang tidak berimbang antara masyarakat Kristen dengan banyaknya kaum lansia, wanita dan anak-anak, yang sudah terkepung di dalam kota Yerusalem, dengan pasukan Islam yang dipimpinnya yang pada saat itu berjumlah banyak dan penuh dengan prajurit muda. 

Salahuddin berjanji pada Balian (diperankan oleh Orlando Bloom), sang ksatria asal Prancis, putra dari Raja Godefroi dari Bouillon, panglima pasukan Perang Salib pada tahun 1096-1099, bahwa jika pasukannya menaklukkan kota Yerussalem, mereka akan melindungi kaum lansia, wanita dan anak-anak, serta memperbaiki rumah-rumah ibadah termasuk gereja dan sinagog. 

Maka penaklukan pun terjadi tanpa ada pertumpahan darah, dan Balian beserta pasukannya dipersilakan pulang ke Eropa dengan damai. Film ini disutradarai Ridley Scott, sutradara dan produser film berdarah Inggris yang dikenal menghasilkan film-film penyabet Oscar seperti The GladiatorBlack Hawk Down dan American Gangster.


Adegan dalam Kingdom of Heaven (2005) antara Salahuddin Al-Ayubi yang berjanji akan melindungi lansia, wanita dan anak-anak yang ingin berziarah ke Yerusalem kepada ksatria Perang Salib, Balian. (foto: IMDB)
The Message (1976), walaupun sebenarnya bukan bikinan Hollywood, tapi dibintangi Anthony Quinn, aktor Amerika Serikat yang berkualitas pada masa itu... ya setara Liam Neeson, Ben Kingsley lah. 
Film ini juga diproduksi secara internasional, seperti di London dan New York, yang melibatkan produser-produser bule juga, meski sutradaranya berdarah campuran Amerika-Mesir, Moustapha AkkadThe Message mengisahkan perjuangan Nabi Muhammad SAW menyebarluaskan ajaran Islam yang mendapat dukungan penuh dari pamannya, Hamzah bin Abdul Muthalib, yang dimainkan oleh Om Anthony ini (di film ini Abu Thalib malah tidak diekspos).

Belajar Ilmu Kedokteran Sederhana Melalui Sang Tabib


Nah, ada satu lagi nih film bikinan Barat yang mengambil setting kejayaan Islam di masa lampau dan baru selesai saya tonton, meskipun sudah dirilis sejak tahun 2013. Saya nggak tahu apakah film ini sempat masuk bioskop-bioskop di Indonesia, tapi sepertinya gaungnya tidak terlalu terdengar. 
Berjudul The Physician, film yang dibintangi Tom Payne dan Ben Kingsley ini mengisahkan tentang seorang anak muda Inggris pada masa Abad Pertengahan yang berlayar ke seberang benua hingga ke negeri seribu satu malam, hanya demi menuntut ilmu pengobatan dari pakarnya langsung, Ibnu Sina. 
Masyarakat Barat menyebutnya Avicenna. Gara-garanya, si anak muda ini, Robert Cole namanya (dibintangi oleh Tom Payne), sejak kecil ditinggal mati ibunya akibat penyakit misterius dan merasa bersalah karena tidak berhasil menyelamatkan nyawanya. 
Padahal, Rob mempunyai bakat.. atau mungkin lebih tepatnya kemampuan 'gaib' bisa mengetahui orang yang ditemuinya akan meninggal hanya dengan meletakkan telapak tangannya di atas dada orang tersebut.

Nah, Rob yang mendapatkan roti curian demi kedua adiknya yang masih kecil-kecil serta ibunya, sebelum pulang ke rumah sempat menyaksikan atraksi pertunjukan seorang tabib keliling yang katanya bisa menyembuhkan penyakit apa saja. 

Lantas, pada malam hari ketika ibunya mengerang kesakitan dan ia menyentuh dada ibunya, ia langsung memanggil si tabib tersebut dan memohon-mohon agar ibunya dapat disembuhkan. Namun, reaksi sang tabib malah cuek dan mengatakan, kalau sudah waktunya mati ya nggak akan ada yang bisa menolongnya. 
Dasar Rob pantang menyerah, sepeninggal ibunya, karena mereka berasal dari keluarga miskin: adik-adiknya diserahkan ke penduduk setempat, Rob malah mengintili si tabib, yang dalam film ini selalu dipanggil The Barber (dibintangi oleh aktor Swedia, Stellan Skarsgard). 
Walaupun sudah diusir, Rob diam-diam ngumpet di dalam gerobaknya, yang membuat si tabib akhirnya mengalah, dan pada akhirnya mengajarkan ilmu-ilmu kedokteran sederhana kepadanya. 


Seperti mengamputasi jempol kaki, mencabuti gigi, meskipun ya caranya... sadis. Tidak ada pembiusan, melainkan dengan mengikat rahang si pasien kuat-kuat dengan tali tambang supaya tidak menjerit-jerit kesakitan. Sterilisasi alat bedah pun hanya dengan mencelupkan besi ke dalam bara api yang panas membara, lalu ditempelkan ke telapak kaki pasien yang sudah diamputasi. Hiiy....Rob membawa The Barber yang mengasuhnya dari kecil kepada seorang tabib Yahudi untuk disembuhkan matanya melalui operasi kecil. Di sinilah Rob tertarik mendalami ilmu kedokteran hingga ke tanah Persia. (foto: IMDB) Hingga pada suatu hari, sang tabib yang beranjak tua, pandangan matanya semakin kabur dan menjadi buta. Rob yang sudah menganggapnya seperti ayah kandung sendiri, membawanya ke sebuah desa yang banyak didiami masyarakat Yahudi. 

Di desa itulah Rob mengetahui bahwa masyarakat Yahudi di desa itu, terutama dari seorang tabib yang berhasil menyembuhkan penyakit rabun pada mata The Barber, mempelajari ilmu medis dari seorang dokter yang mumpuni di Isfahan. Dokter itu tak lain adalah Ibnu Sina. Rob muda yang haus ilmu penasaran bagaimana caranya agar bisa sampai ke sana, walaupun pada awalnya ditentang oleh The Barber.


Penggambaran Kejayaan Islam Melalui Kota Isfahan dan Madrasah Yang Dipimpin Ibnu Sina
Ibnu Sina, sang tokoh yang ingin ditemui Rob Cole untuk berguru ilmu kedokteran. Diperankan apik oleh Ben Kingsley. (foto: IMDB)Di sinilah terlihat representasi jiwa anak muda yang selalu bergolak dan penuh rasa ingin tahu, berkebalikan dengan The Barber di usia senja yang merasa sudah nyaman di comfort zone-nya sebagai seorang tabib sederhana. 

Merasa ilmunya cukup dan uang yang dihasilkan dari menjadi tabib keliling sudah memuaskan dirinya, sementara Rob penasaran bagaimana isi tubuh manusia, bagaimana sistem di dalam tubuh kita bekerja, dan berbagai pertanyaan lain yang hinggap di kepalanya. Rasa penasarannya ini juga didasari atas penyesalannya di masa kecil yang selalu terngiang-ngiang dengan kematian ibunya. 

Di film ini juga digambarkan situasi Eropa pada masa Abad Pertengahan yang lebih dikenal dengan Zaman Kegelapan, dengan kehidupan rakyatnya yang tunduk pada doktrin-doktrin agama, takut berkembang dengan hanya menunggu keajaiban datang. 


Sang tabib yang punya keahlian memberikan ilmu pengobatan seadanya pun pada masa itu malah dianggap mempraktikkan ilmu sihir oleh kalangan gereja dan selalu diburu untuk dibakar hidup-hidup karena dianggap ajaran sesat yang dibawa setan. Anggapan mereka, satu-satunya cara ampuh membasmi setan ya dengan membakarnya hidup-hidup.

Sebaliknya di tanah seberang lautan, alias di semenanjung Arab dan Persia (sekarang disebut Iran), sedang berlangsung Era Keemasan (atau orang Barat menyebutnya The Golden Age), dengan berbagai kemajuan yang dihasilkan dari peradaban Islam dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, pemerintahan dan budaya. 

Dalam film ini, Era Keemasan diwakilkan oleh tokoh penemu ilmu kedokteran modern, Ibnu Sina, yang mendiami kota Isfahan yang pada saat itu dipimpin oleh seorang Shah yang mencintai budaya. 


Di kota itu, umat Islam dan Yahudi hidup dalam kerukunan menjalankan ibadahnya masing-masing. Bahkan dalam sebuah adegan digambarkan pula ada seorang penganut pagan (menyembah dewa-dewa) Zoroaster yang bisa hidup dengan tenang hingga menjelang ajalnya. Tapi, entah kenapa di film ini justru umat Kristen yang tidak diperbolehkan masuk ke kota tersebut, yang membuat Rob harus menyamar sebagai orang Yahudi dan menyunatkan dirinya ketika ia sampai di Mesir.  


Padahal, jika ditelusuri dari sejarah, pada masa peradaban dan kejayaan Islam, semua agama monotheisme pada saat itu hidup berdampingan dengan damai di tanah Arab dan Persia, termasuk Kristen. Begitu pula yang terjadi di Iran, meskipun sebagai agama minoritas, masyarakat Kristen pada saat terjadinya penaklukan Iran oleh bangsa Arab-Islam sejak abad ke-7 Masehi dilindungi oleh pemerintah Islam.
Rob dibantu sang guru, Ibnu Sina, dan Mirdin, sahabatnya yang beragama Yahudi, melakukan operasi bedah pada tubuh Shah Iran untuk yang pertama kalinya. (foto: IMDB)
Yah, namanya juga film. Ada beberapa fakta yang juga agak di-twist dalam film ini agar lebih terkesan melankolik dan menjual, meskipun menurut saya sih masih dalam koridor sejarah utamanya, yaitu masa Golden Age dan tokoh historis Ibnu Sina. 

Berhubung karakter sentralnya Rob, dikisahkan dalam film ini justru dia yang pertama kali melakukan praktek bedah pada manusia, walaupun dibantu sang guru yaitu Ibnu Sina, setelah dia mengulik-ngulik (alias mengotopsi) tubuh sang penganut Zoroaster yang sudah mati.
Memang sebelum mati, si kakek penganut Zoroaster ini berpesan agar tubuhnya tidak usah dikubur, karena menurut kepercayaan agama ini tubuh manusia itu mengandung semua hal yang buruk sehingga sesudah kematian, tubuh cukup dibiarkan di atas menara dan dimakan burung bangkai. 

Rob masih penasaran apa yang menyebabkan kematian ibunya, dan ketika ia menemukan bahwa ada yang namanya usus buntu alias apendisitis, ia pun menduga hal yang sama menimpa pada Shah sehingga ia diizinkan untuk membedah perutnya. Padahal pada kenyataannya menurut fakta sejarah, justru Ibnu Sina yang pertama kali menemukan ilmu bedah anatomi tubuh manusia, kendati di dunia Barat nama Leonardo da Vinci yang lebih dikenal.


The Physician diangkat dari novel berjudul sama karya Noah Gordon, penulis Yahudi berkebangsaan Amerika. (foto: amazon)
Di film ini juga diperlihatkan persahabatan antara Rob, Mirdin, dan Karim yang merupakan murid-murid Ibnu Sina di sekolah yang diberi nama madrassa (atau madrasah): Mirdin seorang Yahudi yang rajin dan taat, sementara Karim seorang Persia Muslim anak orang kaya yang pemalas dan tukang mabok tapi koq ya cerdas, ha ha... . 
Buktinya ia yang bersemangat membuatkan racun penangkal wabah pes yang dikirim oleh pasukan Seljuk ke kota itu. Karim mempunyai seorang pelayan bernama Davout yang sayangnya membelot bersama para mullahuntuk menaklukkan Isfahan. Entah aksinya ini dilakukan atas dasar dendam karena suka dicaci Karim (yah maklumlah anak muda), padahal jelas-jelas umat Islam pada masa kekuasaan Shah hidup dalam kemakmuran dan kemajuan budaya serta ilmu pengetahuan.


Yuk, Nonton Filmnya!
Satu hal lagi yang ingin saya tambahkan, dari film ini kita juga bisa belajar bahwa ada golongan yang ingin merebut kekuasaan sambil membawa-bawa nama Tuhan dan agama, dalam hal ini diwakili oleh tentara Seljuk dan kalangan mullah
Bahkan Rob sampai nyaris dihukum penggal akibat melakukan otopsi mayat yang menurut para mullah tersebut mempraktikkan necromancy atau ilmu sihir. Sekolah dan perpustakaan pun dibakar, kaum Yahudi diusir. 
Yah walaupun kita mesti melakukan penelusuran sejarah lagi sih apakah memang benar masa kejayaan Islam, terutama setting Iran dalam film ini, runtuh gara-gara kaum mullah semata?
Film ini diangkat dari novel berjudul The Physician yang ditulis oleh Noah Gordon, seorang Yahudi berkebangsaan Amerika, dan diterbitkan pada tahun 1986. The Physician versi film dirilis pertama kali di Jerman pada tahun 2013 dan langsung mencetak box office pada pekan pertama peluncurannya hiingga 1000 orang penonton. Film ini juga mendapat penghargaan The Boogey Awards, penghargaan untuk film televisi yang disiarkan di Jerman. 


Skor yang diperoleh di IMDB juga bagus, 7,2/10; di Rotten Tomatoes3,7/5, yang artinya film ini sangat layak tonton. Entah kenapa tidak terlalu melejit di pasaran Hollywood (juga di Indonesia). Teman-teman Komikers bisa menontonnya di.

Netflix. ***
Judul film: The Physician
Tahun rilis: 2013
Sutradara: Philipp Stolzl
Pemain: Tom Payne, Emma Rigsby, Ben Kingsley
Studio: Lionsgate
Dikutip beberapa sumber

Komentar

Postingan Populer